Jumat, 28 Oktober 2011

PEMIKIRAN EKONOMI HATTA

Lewat integritas pribadi dan kecendikiawanannya,Mohammad hatta tak terbantahkan menjadi model ideal seorang pejuang-politisi-negarawan-pemikir,meski sejarah cenderung menempatkan dia dalam posisi marjinal..Buah pemikiran Ekonomi Hatta adalah mutiara yang layak kita temukan kembali.Tidak ada pendiri negeri yang menulis sebanyak Hatta.

Dalam pelajaran sekolah ,Hatta memang disusutkan sekadar "Bapak koperasi" atau "Proklamator kemerdekaan".Tapi Hatta lebih luas dari itu.Orang sering lupa betapa tulisannya semasa mahasiswa di Negeri Belanda dan pledoinnya di Pengadilan Den haag pada 1927 ,sarat dengan analisis ekonomi.Di jantung kolonialisme ,Hatta menusukan serangannya yang tajam lewat pisau bedah ekonomi yang dengan gagah berani menguliti sistem ekonomi kaum kolonial yang kapitalistik serta eksploitatif.

Hatta ingin mengatakan bahwa kemerdekaan fisik dan politik saja sebenarnya tidak cukup,suatu hal yang buktinya  demikian nyata bahkan setelah 60 tahun lebih Indonesia merdeka.Tulisan Hatta di berbagai majalah pada 1930 dan 1940an mencakup tema tema ekonomi sama banyak dengan politik.Dia bahkan sering membahas aspek sangat teknis tentang ekonomi seperti uang dan bank ,asal muasal krisis ekonomi global,serta pengalaman industrialisasi Barat.Istilah "pasar bebas"atau"laissez faire",yang sekarang sangat populer,sudah dibahasnya berulang-ulang kala itu,lengkap dengan kelebihan dan terutama kekurangannya.Itu semua menunjukan betapa luas pengetahuan  ekonomi Hatta, baik teoritis,historis maupun empiris.

Meski situasi global sudah demikian berubah sekarang,ada beberapa pemikiran Hatta yang bersifat relatif kekal.Kita perlu menekankan pada beberapa hal di sini:

Pentingnya pertanian.Untuk mencapai kemakmuran rakyat di masa datang, politik perekonomian mestilah disusun diatas dasar yang nyata sekarang,yaitu Indonesia sebagai negara agraria.Hatta tidak anti industrialisasi,dia menekankan bahwa  industrialisasi hanya kokoh jika dicapai secara alamiah lewat pijakan sektor pertanian,sebab hanya jika petani makmur maka industri akan bisa hidup.Menyelami depresi ekonomi global 1930an atau masa sekarang,bahwa besarnya hantaman krisis yang dialami sebuah negara sangat tergantung pada struktur ekonominya.Negeri yang memiliki sektor industri dan pertanian kira2 sama berat lebih stabil hantaman krisisnya.Negeri yang meninggalkan pertanian dan memindahkan pusat perekonomiannya ke daerah industri dengan menarik senantiasa rakyat dari dusun ke kota,memang cepat menjadi negeri kapitalis besar ,tetapi tidak terpelihara dari kemundurannya,seperti Inggris yang mengalami kehancuran ekonomi di tahun 30an dibandingkan Prancis yang lebih seimbang antara industri dan pertaniannya.
Hak atas tanah.Kemelaratan timbul dalam negeri agraria,apabila timbul milik individuil yang besar atas tanah.Dari sejarah sosial dapat kita saksikan,bahwa milik individuil dalam negeri agraria menimbulkan sistem feodalisme dan feodalisme menimbulkan perbudakan.Hatta sudah sejak dini mengingatkan pentingnya pembatasan pemilikan tanah atau land reform,yang puluhan tahun kemudian ditekankan kembali oleh para penyokong teori pembangunan(orde baru).
Konglomerasi Bisnis dan Krisis.Hatta juga menunjuk depresi Besar 1930an sebagai bukti betapa kelirunya ramalan para pemikir kapitalis bahwa bank sentral yang rapi dan perusahaan-perusahaan raksasa lebih mampu memperkecil guncangan pasar.Hatta menulis:"kesanggupan badan-badan raksasa itu tidak begitu besar untuk mencegah hantaman krisis".
Serikat Buruh.Perbaikan nasib buruh tergantung pada kemampuannya berorganisasi,membentuk serikat.Di Indonesia halangan terhadap munculnya serikat buruh tidak hanya muncul dari pemilik modal dan pemerintah yang mengundangnya,tapi juga dari pengertian yang keliru tentang buruh dari sejak awalnya.
Pendidikan kolonial,menurut Hatta ,membawa kecondongan memandang buruh sebagai profesi kasar atau jumud.Banyak ambtenaar didikan Belanda merasa diri"priyayi"padahal mereka pada dasarnya pegawai artinya buruh juga,dengan pengertian yang keliru itu,si buruh tidak tahu menjaga penghidupanya dengan sebenarnya dan tidak dapat menyusun tenaga untuk memperbaiki nasibnya.Serikat pekerja telah mendapat halangan pertama kali dari dalam golongannya sendiri.
Koperasi dan Demokrasi.Sayang ,koperasi belakangan terlanjur rusak menjadi slogan ekonomi yang kosong  menjadi kata buruk karena kekeliruan konsepsi dan salah arah dalam pelaksanaanya.Koperasi tidak bisa tumbuh dalam iklim kediktatoran,sebaliknya koperasi juga merupakan prasyarat bagi munculnya nilai-nilai demokrasi.Koperasi berjasa besar dalam memperkuat dasar demokrasi politik."Demokrasi politik yang sehat adalah suatu syarat yang mutlak untuk mencapai demokrasi ekonomi.
Hatta mengajak kita mencontoh koperasi yang ada di denmark,tempat bangunan "kooperasi paling mendekati ideal kooperasi",dengan jalan organisasi koperasi rakyat Denmark sanggup mengangkat dirinya  dari bangsa yang miskin menjadi salah satu bangsa paling makmur di dunia dan stabil secara politk dan sosial.Kooperasi memperkuat rasa percaya pada diri sendiri dan yang lebih penting "Sekolah untuk mendidik diri sendiri bagi anggota-anggotanya,ia mengajarkan mereka mengemudikan sendiri dengan bebas usaha mereka dan mengajar bersekutu dengan orang lain.
Pasar bebas(Laisezz faire).Menurut Hatta memang baik bagi bangsa yang telah maju terlebih dahulu,istimewa dalam hal industri.Berpedoman dengan pasar bebas kemakmuran rakyatnya cepat besarnya,namun menurut Hatta pasar bebas boleh mujarab apabila cukup syaratnya yaitu sama kemampuan dan kedudukan segala bangsa di dunia.Tindakan mereka memang menguntungkan bagi yang kuat namun menjadi ikatan bagi yang lemah.
Pasar bebas kata Hatta mustajab pada Abad ke 19 karena industri modern baru pada permulaannya,pasar masih banyak yang kosong dan lapar akan barang.Sebab itu menambah penghasilan dan akibatnya menciptakan kemakmuran."Tetapi apabila pasar sudah mulai "kenyang"seperti yang terjadi pada abad kita,pasar bebas tidak dapat membawa kebaikan lagi..Malahan akan menimbulkan kecelakaan".Di masa datang,pemerintah tak dapat lagi menyerahkan segala tindakan ekonomi kepada pelaku ekonomi saja,ia terpaksa campur tangan dengan aktif.
Desentralisasi atau Otonomi Daerah.Memberikan otonomi daerah menurut Hatta tidak saja berarti menjalankan demokrasi,tetapi juga mendorong melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungan sendiri,tercapailah apa yang dimaksud dengan demokrasi,yakni pemerintahan yang dilaksanakan oleh rakyat ,untuk rakyat.
Demokrasi ,bagi Hatta berlawanan dengan dasar sentralisme yang membulatkan segala kekuasaan di tangan pemerintahan pusat dan DPR.Semakin luas daerah negara, semakin banyak diferensiasi kepentingan hidup, semakin banyak masalah khusus yang mengenai berbagai daerah masing-masing yang semuanya itu tidak dapat diurus dari pusat pemerintahan negara.
Pentingnya Desa.Desentralisasi bagi Hatta bahkan harus diusahakan hingga ke tingkat desa.Berlawanan dengan banyak pandangan  di kalangan birokrat ,Hatta memang percaya bahwa desa-desa di Indonesia sebenarnya memiliki modal demokrasi yang cukup untuk bisa melaksanaka pemerintahan sendiri,walaupun banyak yang rusak oleh pengaruh kolonialis dan kapitalisme,tetapi akar-akarnya masih ada dan masih hidup.
Hatta mengkritik pandangan yang mengatakan bahwa desa terlalu primitif dan karenanya harus diciptakan kecamatan sebagai pandangan yang picik.Bagi Hatta , kecamatan sebagai tingkat otonomi ketiga(setelah propinsi dan kabupaten)adalah pemborosan birokrasi.

SEJARAH SENJATA

Pada perang atau pertempuran kuno jaman dulu (Ancient Warfare) khususnya di eropa, perkembangan persenjataan yang dipergunakan sudah cukup canggih. Hal itu tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan yang ada sehingga mereka bisa membuat senjata yang cukup canggih pada masanya. Umumnya mereka menggunakan senjata pelontar maupun senjata tajam lainnya. Mau tahu apa saja, nah berikut ini diantara jenis senjata yang dipergunakan pada perang kuno.

Ballista

Ballista adalah senjata artileri pertama yang dilaporkan di masa kuno dan sangat dihubungkan dengan Kekaisaran Roma. Ballista merupakan atribut di abad pertengahan, yaitu di awal Abad ke-11. Berbagai bentuk dan variasi ballista banyak ditemukan di sisa-sisa peradaban kuno, tetapi pada dasarnya mempunyai konsep dan operasi yang serupa.
Ballista dioperasikan dimedan peperangan sebelum senjata artileri beramunisi ditemukan di akhir Abad Pertengahan. Ballista dibuat dari berbagai jenis potongan kayu dan logam yang dapat dioperasikan sebagai senjata beroda yang dapat bergerak atau senjata yang dapat dibawa ke medan perang.
Kekuatan ballista terletak pada kemampuan mengarahkan tombak besar ke arah formasi infantri. Tombak/anak panah besar ini cukup panjang dan kuat untuk menembus beberapa orang dalam satu tembakan, jika cuaca baik, ballista dapat menjadi senjata yang sangat dapat diandalkan dan akurat.
Dioperasikan oleh dua orang, ballista dibuat sebagai crossbow raksasa. Kata ballista berasal dari bahasa kuno yang berari crossbow. Ballista beroperasi dengan prinsip tegangan seperti pada busur dan anak panah. Ballista beroperasi dengan memutar empat jeruji engkol besar yang biasanya berada di bagian belakang, mengencangkan tali (atau urat daging hewan) yang menarik kerekan ke belakang. Pengisi amunisi akan menjatuhkan tombak ke ayunan peluncur dan penembak akan melepas pelatuk tekanan, kemudian secara efektif menembakkan tombak ke arah musuh dengan kecepatan menakutkan. Balista dapat terlihat musuh dari jauh dan dapat digunakan untuk menjatuhkan mental musuh.
Secara alami, ballista dengan roda terus dikembangkan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peperangan dan semakin mudah digerakan untuk mengantisipasi perubahan pergerakan formasi musuh. Akan tetapi senjata ini tidak dapat beroperasi dengan baik dalam kondisi berkabut dan basah, terutama jika terbuat dari urat hewan. Kondisi yang basah menyebabkan urat kehilangan tegangan.
Ballista mempunyai kekurangan untuk pertempuran jarak pendek dan dapat ditinggalkan jika kondisi tidak memungkinkan. Membidikkan ballista secara individual juga tidak efektif untuk pemakaian senjata ini. Pengoperasian dalam kondisi jarak dekat, dengan senjata tangan, akan membuat ballista tidak berguna sama sekali.
Awak yang terlatih dapat menembakkan ballista secara berurutan dengan sistem perulangan atau semi-otomatis, dengan asumsi senjata dalam keadaan yang terbaiknya.
Pada akhirnya, sistem sederhana ini menghasilkan keuntungan besar dalam peperangan sebelum ditemukannya senjata artileri beramunisi. Hingga saat itu, ballista memberikan efek yang luar biasa pada peperangan, terutama pada pasukan infantri atau kavaleri besar yang bergerak.

Cataphract


Cataphract adalah evolusi kuno dari kuda perang yang meningkatkan perlindungan lapis baja untuk penunggang maupun kudanya. Berbagai peradaban dan kerajaan menggunakan cataphract dalam berbagai cara, memakai meraka dalam grup strategis yang memberikan efek kejut pada pasukannya di medan perang. Faktanya, kata cataphract berasal dari Yunani yang berarti “terlindungi” dan dalam bahasa Roma disebut clibanarii yang berarti “oven men”
Cataphract merupakan usaha untuk memperoleh jalan yang lebih baik untuk mempersenjatai pasukan/penunggang. Maces (senjata seperti palu hanya saja pada ujungnya terdapat bulatan logam berduri) menawarkan kemampuan pukul yang bagus, dapat menghancurkan tengkorak manusia dengan mudah, tetapi membutuhkan jarak yang sangat dekat bagi penunggang terhadap targetnya. Seperti halnya tombak atau “kontos” di Yunani, dikembangkan secara khusus terutama untuk penunggang cataphract. Ujung tombaknya dibuat dengan panjang dan bentuk sedemikian rupa untuk meningkatkan kemampuan penunggang agar dapat menusuk targetnya, dan kemungkinan untuk menusuk beberapa orang dalam sekali percobaan.
Seseorang berasumsi bahwa dengan berat cataphract akan membatasi gerak dan daya tahannya, terutama dalam panasnya musim panas. Cataphract Persia terutama kuda anakan Persia yang disebut dengan kuda Nesaean mempunyai ukuran dan kekuatan yang sangat besar, yang sangat cocok untuk cataphract. Nesaean menawarkan kombinasi klasik dari kecepatan, kekuatan dan ukuran besarnya yang mempengaruhi psikologi lawan. Pasukan Byzantium pada sekitar 1.100 AD memakai pasukan yang similar dengan cataphract dengan lapis baja di seluruh tubuh kuda dan penunggangnya. Chainmail digunakan untuk melundungi wajah penunggang dan kulit atau logam tambahan digunakan untuk melindungi lengan dan kaki dari cidera. Helm logam juga menawarkan perlindungan seperti tameng bulat kecil.
Cataphract tetap menjadi senjata hebat untuk beberapa lama hingga ditemukannya senapan. Akan tetapi, kekuatan cataphract sangat menakutkan pada saat itu dan proteksi lapis bajanya membuat mental penunggang menjadi kuat dan mendekati musuh tanpa rasa takut yang berarti.

Battering ram

Battering ram adalah persenjataan kuno yang digunakan untuk mendobrak pintu atau dinding benteng. Senjata ini memeberikan pengaruh besar dalam pengembangan dinding benteng.
Dalam bentuk paling simpelnya, senjata ini berupa kayu besar dan berat yang dibawa beberapa orang dan didorong ke rintangan. Momentum dari hantaman ini cukup untuk merusak target apabila kayu ini cukup besar dan atau kecepatannya cukup cepat saat pendobrakan. Dalam desain yang lebih canggihnya, battering ram mempunyai rangka beroda dan kayunya diikatkan dengan tali atau rantai sehingga dengan mudah dapat diayunkan ke arah target dan menghasilkan tenaga yang lebih besar. Kadang-kadang battering ram mempunyai kayu yang ujungnya dipasangi dengan kepala logam dan bagiannya yang mudah diserang musuh dilapisi dengan logam. Banyak battering ram mempunyai atap pelindung dan bagian sampinya ditutupi dengan bahan basah yang berfungsi untuk mencegah kebakaran akibat serangan musuh dengan api. Battering ram seperti ini digunakan oleh Assyrian sejak abad 9 sebelum Masehi.
Cara untuk mencegah serangan battering ram adalah dengan menjatuhkan rintangan seperti pasir untuk mengurangi mobilitasnya sebelum menghantam dinding, atau dengan membakarnya serta menyerangnya secara langsung.
Beberapa battering ram tidak dioperasikan dengan ayunan tali atau rantai, tetapi dengan roller. Roller ini memungkinkan ram mencapai kecepatan yang lebih tinggi sebelum menghantam target sehingga lebih destruktif. Battering ram ini digunakan oleh Alexander the Great, seperti digambarkan oleh penulis Vitruvius.
Variasi pada battering ram termasuk penggunaan bor, tikus, pencongkel dan pengait. Alat tersebut lebih kecil dari ram dan dapat digunakan pada tempat yang lebih sempit.
Penggunaan battering ram dalam secara termasuk:
  • Destruction of Jerusalem
  • The Crusades
  • The fall of Rome
Penggunaan di Jaman Modern
Battering ram sampai saat ini masih digunakan dalam banyak fungsi yang berbeda. Team SWAT dan banyak kepolisian menggunakan ram kecil (digunakan oleh dua orang) untuk mendobrak pintu yang terkunci. Battering ram modern lain termasuk sebuah silinder yang digerakkan secara otomatis sehingga menghancurkan daya hancur yang lebih besar.

Chariot


Chariot (kereta kuda), setidaknya di Barat, lebih terkait erat dengan peradaban Mesir Kuno daripada yang lain – walaupun desainnya muncul dalam berbagai bentuk dengan berbagai pasukan sepanjang sejarah. Dalam konsep, desain chariot mirip di berbagai pasukan (ia diwakili komponen medan pertempuran yang ringan, bergerak cepat bagi semua pasukan). Ia digunakan langsung pada medan perang, namun dapat disesuaikan bedasarkan keperluan.
Chariot Sumeria merupakan penggabungan dari teknik produksi dari Mesir dan Hittite. Desain yang dihasilkan cukup unik, memanfaatkan empat kuda, tidak seperti Mesir yang memakai dua kuda dan memakai empat roda tidak seperti kebanyakannya. Pengaruh dari Hittite pada chariot Sumeria adalah pemakaian lapis baja pada ruang kusir dan di mana tentara tambahan berdiri. Kereta Sumeria yang dilaporkan sebagai yang paling “kejam” sejajar dengan desain Mesir.
Chariot juga muncul dipakai sampai ke timur di Dinasti Cina, yang berasal dari daerah Indo-Eropa. Chariot dalam budaya Cina merupakan salah satu benda yang sangat di”tinggikan” karena tingginya biaya untuk mendapatkan kuda penarik chariot. Chariot Cina dirancang untuk mengangkut tiga orang ke peperangan (yang bertentangan dengan adat di dunia barat yang hanya dapat mengangkut dua pasukan) dan termasuk pasukan petarung (warior) (yang dapat turun dari kereta untuk bertempur atau menembakkan panah), kusir (mengendalikan dua kuda atau lebih) dan seorang pelayan warior (menyiapkan anak panah dan pada umumnya akan melakukan apa saja agar tuannya tetap selamat dalam pertempuran).
Kecepatan maksimal chariot bergantung pada jenis kuda yang digunakan untuk menariknya, serta desain “cab” (kereta) dan rodanya. Beberapa peradaban menggunakan keledai, tetapi yang lain lebih memilih kuda khusus (yang kuat dan cepat).
Desain kereta juga berbeda-beda dari berbagai peradaban dan beberapa di antaranya memakai desain gandar (axle) yang rumit, fitur stabilitas, penggunaan baja dan penggunaan roda empat, bukan dua yang tradisional. Dalam bentuk yang lebih ganas, chariot bersabit-besar mempunyai senjata dengan bilah (blade) yang sangat besar di pusat roda dan dapat dirakit. Blade (bilahnya) dirancang untuk melukai para pasukan yang berdiri di dekatnya dengan mudah dan hanya meninggalkan imajinasi mengenai pembunuhan besar-besaran yang dicapai di medan perang dengan chariot ini. Tentu saja, dalam perkembangannya blade ini dapat dipasang pada dua sisi roda. Walaupun pada awalnya dianggap sebagai persenjataan teror di garis depan seluruh pasukan, chariot memiliki kekurangan. Jika pada saat kondisi yang mengharuskan chariot untuk mundur atau melarikan diri, dia dapat melukai pasukan (teman) yang lain. Hal ini tentu saja dapat mengakibatkan kerugian besar di pihak sendiri.

Kavaleri Companion

Kavaleri Companion bekerja di bawah Alexander the Great dari Makedonia. Kavaleri Companion telah dipilih dari bangsawan Makedonia dan sering kali dari orang yang pernah melayani raja dengan baik dalam perang sebelumnya. Komponen Kavaleri ini terdiri dari satu penunggang kuda, kuda-nya dan tombak.
Di medan perang, tujuan dari unit kuda khusus ini adalah sebagai unsur kejutan. Sementara unit Makedonia yang kuat mendekati dan membuat kontak dengan musuh, Kavaleri Companion bertahan sebagai cadangan hingga datang waktu yang tepat untuk menyerang. Ketika pasukan awal merusak formasi musuh, kavaleri menyerang menuju formasi yang rusak tersebut untuk membuat kekacauan lebih dan memaksa musuh mundur. Dalam strategi ini, musuh dipaksa untuk bertarung sampai mati atau atau berbalik untuk melarikan diri yang membuat mereka kebingungan.
Penunggang Kavaleri Companion dilindungi lapis baja ringan oleh baju baja dan helm. Selain itu Kavaleri ini dirancang agar dapat bergerak cepat seperti formasi baru pasukan Yunani yang dibuat oleh Alexander. Kuda berasal dari peranakan yang kuat dan juga dilindungi secara ringan. Persenjataan untuk penunggang terdiri dari pedang standar untuk pertarungan jarak dekat, dan sebuah tombak panjang yang dapat mencapai 18 kaki.
Kavaleri Companion dioperasikan oleh Alexander dengan perintahnya sendiri dan biasanya dipakai sebagai cadangan sampai pada saat yang dianggap tepat. Kavaleri ini terbukti cukup efektif dalam mengalahkan Kekaisaran Persia – terutama di Perang Gaugamela (Alexander berpasukan 47.000 melawan 86000 pasukan Persia).

Crossbow

Istilah “crossbow” dalam artikel ini merujuk senjata tradisional pada abad pertengahan, walaupun desainnya dianggap berasal dari jaman sebelumnya. Biarbagaimanapun, yang pasti senjata ini memegang peranan penting pada peperangan, khususnya di abad pertengahan. Muncul pertama kali dengan Yunani Kuno, Roma dan Cina, crossbow memanfaatkan sebuah tegangan tali busur yang dipertahankan posisinya sampai pemakai melepaskan tegangan tali busur, melepaskan anak panah ke arah sasaran. Senjata ini muncul dalam berbagai bentuk, baik senjata tangan kecil hingga persenjataan artileri berat (ballista).
Crossbow terdiri dari busur yang kuat dan anak panah di kawasan peran pribadi artileri. Kekuatan senjata ini cukup baik dan sangat akurat, menghasilkan daya tembus efektif berkat tingginya energi kinetis saat anak panah dilepas dan pasukan dapat dengan mudah dilatih menggunakan senjata ini dalam seminggu. Sebagai perbandingan, longbow (busur panah besar) Inggris yang kuat, pasukan perlu latihan 1 tahun untuk mengasah kemampuan akurasinya. Kekurangan terbesar dalam penggunaan crossbow adalah dalam lambatnya pengisian ulang anak panah. Longbow dalam satu menit dapat menembakkan 10 panah sementara crossbow akan memerlukan 1 menit penuh mengisi dan menembakkan satu anak panah (bolt).
Pengisian ulang anak panah memakan lebih banyak waktu sesuai dengan jumlah energi yang diperlukan untuk membuat senjata semakin mematikan. Kemudian senjata ini memiliki “rack-and-pinion cranequin cranking” yang memungkinkan pasukan untuk memanfaatkan prinsip-prinsip dasar fisika dengan mengoperasikan tuas tenaga tangan untuk menarik senar-busur ke tempatnya. Fitur lain menggunakan ikat pinggang, engsel, tuas dan sistem cord-and-pulley yang dikenal dengan “windlasses”.
Crossbowman pada abad pertengahan dapat digunakan dalam peran bertahan maupun menyerang. Barisan crossbowman dapat digunakan sebagai penembak garis depan, mundur kebelakang untuk mengisi anak panah, kemudian kembali lagi ke garis depan untuk menembakkan anak panahnya. Dengan mode ini yang berkelanjutan, tingkat akurasi penembakan musuh dapat tercapai. Kombinasi mematikan lainnya Crossbowman beberapa unit telah dipasang dengan perisai besar di belakang mereka, yang memungkinkan operator untuk api itu crossbow, putar sekitar untuk menghadapi perisai di musuh dan kembali. Letal kombinasi lain, adalah peran crossbowman sebagai “mounted souldier”, memberikan kekuatan pada crossbow dasar dengan mobilitas dan kekuatan dari elemen medan peperangan “mounted”. Amunisi crossbow dapat terdiri dari anak panah berujung baja tajam dengan berbagai desain, yang berarti bahaya bagi musuh yang terkena.
Meskipun crossbow terus dimodernisasi sampai saat ini, sistem tidak lagi dipakai karena kalah jauh dari persenjataan modern, dan sebagian besar digunakan untuk berburu dan latihan akurasi.

Contoh Crossbow Modern

Arbalest

Arbalest (juga arblast) merupakan variasi akhir dari crossbow Eropa abad pertengahan. Senjata ini berukuran besar, arbalest memiliki pecutan (busur) baja. Karena sebuah arbalest jauh lebih besar daripada crossbows, dan karena besarnya gaya tarik baja, ia mempunyai kekuatan yang lebih besar. Arbalest dapat melepaskan anak panah (bolt) dengan kekuatan hingga 22 kN (5000 lbf) dan akurasi hingga 500 m. Seorang arbalestier (arblaster) terampil dapat menembakkan dua bolt per menit. Arbalests kadang-kadang dianggap tak berperikemanusiaan atau tidak adil, karena seorang arbalestier tidak berpengalaman dapat membunuh seorang ksatria yang sudah berlatih selama seumur hidupnya.
Istilah arbalest kadang-kadang dipertukarkan dengan crossbow. ‘Arbalest’ adalah bahasa Prancis Medieval yang diambil dari nama arcuballista, bahasa Roma untuk crossbow; Perancis modern menggunakan kata arbalète. Kata tersebut berlaku untuk crossbow dan arbalest (arbalest dapat disebut sebagai crossbow berat (heavy crossbow), tapi sebenarnya heavy crossbow mungkin tidak sama seperti yang arbalest).

Trebuchet

Sebuah Trebuchet atau trebucket adalah mesin siege yang digunakan pada Abad Pertengahan untuk menghancurkan benteng/dinding pertahanan ataupun untuk menembakkan proyektil ke atasnya. Senjata ini kadang-kadang disebut “counterweight trebuchet” atau “counterpoise trebuchet” untuk membedakannya dari senjata sebelumnya yang disebut dengan “traction trebuchet”, versi asli dengan menggunakan tenaga tarik manusia, bukan “beban pengimbang”.
Trebuchet pengimbang muncul di tanah Kristen dan Muslim di daerah Mediterania di abad ke-12. Dia mampu melemparkan proyektil hingga seberat 350 pound (140 kg) pada kecepatan tinggi ke arah fortifikasi musuh. Kadang-kadang, senjata ini digunakan untuk melemparkan mayat berpenyakit ke arah musuh agar musuh tertular dan ketakutan, ini adalah suatu bentuk senjata biologi di abad pertengahan. “Traction trebuchets” muncul di Cina pada sekitar abad ke-4 SM dan di Eropa pada abad ke-6 Masehi, dan tidak menjadi usang sampai abad ke-16, setelah dikenalkannya mesiu. Trebuchets jauh lebih akurat dari pada catapults abad pertengahan.
Cara Kerja Dasar Trebuchet
Trebuchet bekerja dengan menggunakan prinsip keuntungan mekanis dari pengungkitan untuk menggerakkan batu atau peluru dan lebih jauh lebih akurat dari catapult. Sling dan lengan ayun berada pada posisi vertikal, di mana, biasanya dibantu dengan sebuah pengait, jika sling dilepas, maka melemparkan proyektil menuju target dengan kuat.
Banyak keuntungan telah dibuat dengan Trebuchet. Ilmuwan masih berargumen apakah orang kuno meenggunakan roda untuk menyerap kelebihan kinetis energi dan meletakkan kembali ke peluru. Diketahui bahwa bak-bak, sering diputar di salah satu arah untuk mengarahkan peluru, telah digunakan untuk peluru untuk bergeser, sehingga meningkatkan akurasi.
Mangonel memiliki akurasi yang jauh lebih jelek dari pada Trebuchet (yang diperkenalkan kemudian, sesaat sebelum penemuan dan meluasnya penggunaan bubuk mesiu). Mangonel melemparkan proyektil pada lintasan yang lebih rendah dan pada kecepatan yang lebih tinggi daripada Trebuchet dengan tujuan menghancurkan dinding, daripada melontarkan proyektil di atasnya.
Trebuchets vs. Torsi
Trebuchet sering keliru ditukarkan dengan senjata torsi sebelumnya yang kurang kuat. Perbedaan utama adalah bahwa senjata torsi (contohnya termasuk onager dan ballista) menggunakan tali terpelintir atau benang ikat untuk menghasilkan kekuatan, sedangkan Trebuchet menggunakan “beban pengimbang”, biasanya dipasang jauh lebih dekat dengan titik tumpuan dari pada proyektilnya untuk memberikan keuntungan mekanis, meskipun ini tidak diperlukan. Sebuah Trebuchet juga memiliki sling pemegang proyektil, dan alat untuk melepaskannya di saat yang tepat untuk memaksimalkan jarak jangkau. Trebuchets dan dan senjata torsi digolongkan dalam istilah generik “catapult”, yang meliputi segala perangkat bukan-genggam mekanis yang dirancang untuk melantingkan obyek.
Floating Arm Trebuchet
Trebuchet lengan apung adalah varian modern dari Trebuchet. Perbedaan utamanya adalah bahwa ia memiliki gandar tetap pada rangka, gandar terpasang pada roda yang bergulung di trek paralel dengan tanah. Ini menghasilkan pengimbang bergerak di jalur yang lebih langsung ke bawah pada saat dilepaskan, yang dapat meningkatkan energi yang ditransfer ke peluru, sehingga lebih efisien. Lebih sering, pengimbang dipaksakan turun vertikal dengan memaksanya untuk jatuh ke dalam slot vertikal, sehingga memastikan tidak ada gerakan “to-and-fro selama proses pelemparan.
Floating Arm Trebuchet

Gladius

Karena serangannya terhadap Hannibal di seluruh Peninsula Iberian, Jendral Roma Scipio Africanus menjadi sangat akrab dengan pedang pendek Spanyol. Scipio kagum dengan kekuatan senjata ini dan dengan segera senjata ini diperintahkan untuk dipakai oleh Legionnaires Roma, dan kemudian, seluruh pasukan Roma Army memakai pedang pendek ini yang dalam bahasa Spanyol disebut Gladius.
Gladius dibuat dari baja Toledo yang berbeda pada senjata umumnya waktu itu yang memakai besi atau perunggu. Baja Toledo telah tertempa hingga hampir tidak dapat dipatahkan dan ujung-ujungnya tajam dan kuat, untuk tusukan yang kuat dan mematikan. Gladius cukup berat, tetapi orang Roma selalu menemukan cara untuk membunuh musuh dengan cepat.
Dalam sejarah pernah terjadi pertempuran antara pasukan Roma dan Makedonia, pasukan Makedonia diluluh lantakkan dengan kondisi mengerikan seperti tangan, kaki dan kepala terputus. Dengan ditemukannya tombak dan senjata lempar untuk melawan pasukan pedang, dilakukan evolusi dan modifikasi pada pedang Roma untuk meningkatkan letalitas.
Terdapat berbagai jenis Gladius:
  • Gladius Hispaniensis: digunakan dari 200 SM hingga 20 SM. Panjang mata pisau antara 60-68 cm, dengan lebar 5cm. Ini adalah jenis Gladius terbesar dan terberat, serta Gladius yang paling pertama dan terpanjang. Berat maksimalnya 1 kg dan standarnya 900 g (dengan pegangan kayu).
  • Mainz: Mainz ditemukan di markas Moguntiacum pada 13 SM. Jenis Mainz dicirikan dari panjangnya bilah dan “point”. Panjang mata pisau ~50-55 cm. Panjang pedang ~65-70 cm. Lebar bilah ~7 cm. Berat pedang ~800g (pegangan kayu).
  • Fulham or Mainz-Fulham: nama ini berasal dari penemuannya di Thames dekat Fulham dan di saat itu adalah awal mulanya penyerangan Roma ke Inggris dimulai. Gladius ini mulai dipakai setelah invasi Aulus Plautius pada 43 M hingga akhir abad tersebut. Gladius ini berhubungan erat dengan Mainz, hanya saja lebih sempit dan mempunyai ujung triangular. Panjang mata pisau ~50-55 cm. Panjang pedang ~65-70cm. Lebar pedang ~6cm. Berat perang ~700g(pegangan kayu).
  • Pompei (or Pompeianus or Pompeii): Dinamai bedasarkan nama kota modern Pompeii, Kota milik Roma yang masyarakatnya banyak tewas karena letusan gunung pada 79M. Gladius ini mempunyai ujung potong paralel dan ujung triangular. Tipe ini adalah gladius terpendek yang sering tertukar dengan spatha yang lebih panjang. Setelah beberapa tahun, pompeii menjadi lebih panjang dan biasa disebut semi-spathas. Panjang mata ~45-50cm. Panjang Pedang ~60-65cm. Lebar bilah ~5cm. Berat pedang ~700g(pegangan kayu).

Claymore

Kata claymore (IPA: /’kle?m?r/ atau /kle?’m?r/, dari Scottish Gaelic claidheamh mòr, “great sword”) merujuk pada dua jenis berbeda pedang. Kata ini mungkin merujuk pada pedang dua tangan dengan sebuah cross hilt (pelindung tangan berbentuk salib di bagian atas gagang pedang), digunakan oleh Highlanders dari Skotlandia, atau merujuk pada pedang basket-hilted (berpelindung tangan mengelilingi gagang) yang diadopsi dari abad ke-16, yang hingga kini menjadi pedang pelengkap seragam Highland regiments dari AD Inggris.
Two-handed (Highland) claymore
Claymore dua-tangan adalah pedang besar yang dipakai pada masa akhir abad pertengahan dan periode modern awal. Pedang ini telah digunakan dalam peperangan clan konstan dan pertempuran perbatasan dengan Inggris dari tahun 1500 hingga 1700. Perang terakhir yang diketahui memakai benyak senjata ini adalah Battle of Killiecrankie pada tahun 1689.
Ukuran rata-rata claymore sekitar 140 cm (55″) untuk keseluruhan panjang, dengan panjang pegangan 33 cm (13″), bilah pedang 107 cm (42″), dan dengan berat sekitar 2.5 kg (5.5 lb). Cukup seragam bentuknya, pedang ini diset dengan ujung pedang roda yang kadang diujungnya berbentuk bulan sabit dan sebuah pelindung tangan. Bentuk lain claymore dua-tangan adalah claymore “clamshell hilted”.
Basket-hilted claymore Jenis selanjutnya memiliki bentuk yang lebih pendek, satu-tangan dan populer dengan pasukan Skotlandia dan Inggris di abad ke-17, dan masih terlihat dipakai secara terbatas di PD II; “claymore” modern dibawa pada PD II oleh Lt. Col. Jack Churchill. Pedang ini bermata pisau satu sisi atau dua sisi, denga berat antara 2-3 lbs (0.9 and 1.5 kg), dengan bilah pedang sepanjang 30-35 inci (0.75–0.9 m). Pelindung “keranjang” dirancang untuk melindungi tangan saat pertempuran. Pedang berpelindung “keranjang” Skotlandia biasanya dibedakan dengan pedang lain karena adanya garis di bagian dalam pelindung yang biasanya berwarna merah, and juga kadang berhiaskan rumbai dekoratif di bagian pelindung atau ujung pegangan.
Use of the word
Kata “claymore” digunakan dari awal Abad ke-18 merujuk pada pedang satu-tangan berpelindung-keranjang, sinonim dengan “broadsword”.

Francisca


Francisca merupakan sebuah senjata yang dirancang untuk membuat kerusakan parah pada tubuh maupun psikologis musuh.
Kapak lempar lebih diasosiasikan dengan bangsa Franks dengan penggunaannya oleh Suku-Suku Jerman dan sekitarnya. Intinya, kapak kecil digunakan sebagai senjata psikologis maupun fisik, ketika dilempar, kapak cenderung memantul di permukaan tanah ke arah yang random. Kapak memiliki banyak kegunaan seperti untuk memotong musuh, menembus tameng kayu atau memotong kayu untuk dibakar ketika dibutuhkan. Untuk bangsa Franks, Francisca menjadi symbol nasional. Senjata ini diberi nama Francisca (atau Francesca) yang berasal dari sebutan bangsa Spanyol atas pemakainya, yaitu bangsa Franks.

Francisca dicirikan dengan kepala kapak lengkung terbuat dari besi, lancip di ujung atas dan bawah, dan lebih luas di bagian tengah-depannya (blade) daripada bagian belakang yang berat. Melalui view atas-bawah, bagian blade-nya berbentuk seperti tetes air-mata similar dengan milik Vikings. Secara keseluruhan, kapak ini didesain tebal dan terpasang di bagian ujung (atas) pegangan dan sangat tajam Dalam pertempuran, garis formasi bangsa Franks ditandai dengan melempar francisca ke formasi musuh dengan harapan untuk menembus tameng musuh atau membunuh musuh. Aksi pelemparan kapak ini biasanya dilakukan sebelum pasukan infantry menyerang penuh, sama seperti Legionare bangsa Roma yang melempar tombaknya. Francisca mempunyai kecenderungan yang menyeramkan, termasuk pantulan random yang membuat ketakutan musuh-musuhnya di Abad Pertengahan. Jarak efektif untuk melemparkan kapak ini adalah 40 kaki.

Halberd

Halberd dicirikan dengan ujung atas uang diruncingkan di kepala-kapaknya dan mempunyai kepala kapak yang dekoratif. Senjata ini merupakan “pole-weapon” (senjata galah/tiang/tongkat) yang dipakai angkatan bersenjata Swiss pada abad ke-14 dan mempunyai tinggi (panjang) 6 kaki tergantung pada panjang batang kayu yang digunakan. Halberds terbukti mudah untuk diproduksi secara masal dan merupakan senjata wajib bagi orang Swiss hingga kasta yang rendah sekalipun. Pasukan infantry yang menggunakan halberd diberinama “halberdiers” dan halberd sendiri juga dikenal dengan nama “halbert” atau “Swiss voulge”.
Pada pertempuran, halberd membuktikan kegunaannya sebagai senjata serbaguna. Tidak hanya sebagai senjata untuk menebas, ujung kepala-kapak yang runcing membuatnya efektif untuk melawan pasukan kavaleri (kuda). Kepala kapaknya, dengan kekuatan yang cukup, dapat menembus kepala kuda di pertempuran. Bagian belakang blade-kapak juga dapat digunakan untuk menjatuhkan pasukan kavaleri. Sejak abad ke-16, kemunculan senapan pada garis depan pasukan secara bertahap mengurangi penggunaan halberd.

Helepolis

 
Kecerdasan sangat berpengaruh pada peperangan di dunia kuno. Salah satu buah dari kecerdasan ini adalah mesin perang macam helepolis ini. Helepolis adalah mesin oerang berukuran besar. Diperlukan 200 orang untuk menggerakkan mesin beroda delapan ini. Helepolis mempunyai beberapa lantai yang menjadi tempat peluncur proyektil (batu adalah amunisi utama), tangga untuk mengakses lantai di atasnta dan dilapisi besi untuk melindungi orang-orang di dalamnya dari panah dan api musuh. Senjata ini telah digunakan oleh Demetrios Poliorketes saat melawan Rhodes dalam peperangan dari 305 hingga 304 SM. Secara keseluruhan, tingginya mencapai 141 kaki. Helepolis dapat diartikan sebagai “city taker” (perebut kota).

Kamis, 27 Oktober 2011

PERBEDAAN CANDI HINDHU BUDHA

Kata candi berasal dari kata candika, yang merupakan salah satu nama untuk Dewi Durga sebagai Dewi Maut. Jadi bangunan candi itu berhubungan dengan Dewi Maut. Terkait dengan itu candi memang merupakan bangunan untuk memuliakan atau memperingati orang yang telah wafat, terutama para raja atau orang-orang terkemuka. Oleh karena itu, ada pendapat bahwa candi berfungsi sebagai makam. Tetapi yang disimpan bukan jenazahnya, melainkan abu jenazah dan benda-benda lain yang disimpan di dalam Pripih. Namun, dalam perkembangannya banyak yang berpendapat bahwa candi adalah bangunan suci yang suci untuk pemujaan. 

Candi-candi di Indonesia berbeda dengan candi-candi yang ada di India yang berfungsi sebagai tempat peribadatan atau kuil. Candi yang ada di Indonesia hanya mengambil unsur-unsur teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra, yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak yang merupakan salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum. 

Bangunan Candi itu ada yang terkait dengan agama Hindu dan juga agama Buddha. Candi sebagai tempat pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu. Candi-candi Buddha dimaksudkan sebagai tempat pemujaan dewa saja. Di dalamnya tidak didapatkan Pripih. Candi agama Hindu, contohnya adalah Candi Prambanan, dan candi agama Buddha adalah Candi Borobudur. Kedua candi tersebut memiliki perbedaan, yaitu pada bagian puncak candi. Puncak candi agama Hindu berbentuk ratna. Sedangkan puncak candi agama Buddha berbentuk stupa. 

Perbedaan candi juga didasarkan pada letaknya, yaitu candi di Jawa Tengah dan candi yang terdapat di Jawa Timur. Perbedaan bentuk-bentuk candi di kedua daerah tersebut antara lain:


Salah Satu Candi di Jawa Tengah

Salah Satu Candi di Jawa Timur
Salah Satu Candi di Jawa Timur

a. bentuk bangunan candi Jawa Tengah tambun, sedangkan candi Jawa Timur lebih ramping;
b. candi Jawa Tengah atapnya berundak-undak, sedangkan candi Jawa Timur merupakan perpaduan tingkatan;
c. candi Jawa Tengah puncaknya berbentuk ratna atau stupa, sedangkan candi Jawa Timur berbentuk kubus;
d. gawang pintu dan relung candi Jawa Tengah berhiaskan kala makara, sedangkan candi Jawa Timur makaranya tidak ada, dan pintu serta relung hanya ambang atasnya saja yang diberi kepala kala;
e. candi Jawa Tengah reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalisme, sedangkan candi Jawa Timur reliefnya tidak terlalu timbul dan lukisannya simbolis menyerupai wayang kulit;
f. candi Jawa Tengah, candi induk letaknya di tengah halaman, sedangkan candi Jawa Timur, candi induk letaknya di belakang halaman;
g. candi Jawa Tengah kebanyakan menghadap ke Timur, sedangkan candi Jawa Timur menghadap ke Barat;
h. candi Jawa Tengah kebanyakan terbuat dari batu andesit, sedangkan candi Jawa Timur terbuat dari bata atau terakota.

Candi sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan atap. Setiap bagian candi tersebut memiliki arti dan tujuan tersendiri:
a. Kaki Candi
Kaki candi memili simbol sebagai dunia bawah tanah atau bhurloka. Denahnya bujur sangkar, dan biasanya agak tinggi. Serupa batur, dan dapat dinaiki melalui tangga yang menuju terus ke dalam bilik candi. Di dalam kaki candi itu, di tengah-tengah, ada sebuah perigi tempat menanam Pripih.
b. Tubuh Candi
Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudannya. Arca ini berdiri di tengah bilik, jadi tepat di atas perigi, dan menghadap ke arah pintu masuk candi. Dinding-dinding bilik di bagian luarnya di beri relung-relung yang diisi dengan arca-arca. Relung sebelah selatan di isi Arca Siwa, bagian utara Arca Durga, dan bagian belakang (Barat atau Timur tergantung arah menghadapnya candi) diisi Arca Ganesha.
c. Atap Candi
Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Atap candi selalu terdiri atas susunan tiga tingkatan, yang pada umunya semakin ke atas semakin kecil ukurannya yang bagian ujungnya di beri semacam ratna atau stupa. Di dalam atap candi terdapat rongga kecil yang dasarnya berupa batu segi empat berpahatkan gambar teratai merah sebagai takhta dewa. Pembuatan rongga itu ditujukan sebagai tempat bersemayam sementara sang dewa.
Candi-candi jenis Jawa Tengah di bagian utara, yang terpenting adalah:
a. Candi Gunung Wukir dekat Magelang, yang berhubungan dengan prasasti Canggal tahun 732;
b. Kelompok Candi Dieng, yang terdiri atas berbagai candi yang oleh penduduk diberi nama-nama wayang, seperti Bima, Samiaji, Arjuna, Gatutkoco, Semar, Srikandi, Dwarawati, dan sebagainya. Di dekat Candi Arjuna didapatkan sebuah prasasti yag bertanggal tahun 809;
c. Kelompok Candi Gedong Songo di lereng Gunung Ungaran;
d. Motif arsitektur yang sama juga terletak di Candi Badut dekat Malang, yang berhubungan dengan Prasasti Dinoyo tahun 760.
Candi-candi jenis Jawa Tengah di bagian selatan, yang terpenting adalah:
a. Candi Kalasan, dekat Yogyakarta yang didirikan dalma tahun 778;
b. Candi Sari, letaknya di dekat Candi Kalasan;
c. Candi Borobudur, yang dalam bentuk dasarnya merupakan punden berundak-undak tetapi disesuaikan dengan agama Buddha Mahayana untuk menggambarkan kamadhatu (bagian kaki yang tertimbun dan tertutup oleh susunan batu-batu rata), rupadhatu (bagian yang terdiri atas lorong-lorong dengan pagar-pagar tembok dan penuh hiasan serta relief-relief yang seluruhnya sampai 4 km panjangnya), dan arupadhatu (bagian atas yang terdiri atas batur-batur bundar, dengan lingkaran-lingkaran stupa yang semuanya tidak dihiasi sama sekali). Puncaknya berupa stupa yang besar sekali. Arca Buddha di Borobudur banyak sekali, diperkirakan berjumlah 505 buah;

Candi Borobudur

d. Candi Mendut, di sebelah timur Candi Borobudur, yang di dalamnya memuat 3 arca batu besar sekali, yaitu Buddha diapit oleh Padmapani dan Wajrapani;
e. Kelompok Candi Sewu, di dekat desa Prambanan, yang terdiri atas sebuah candi induk dikelilingi oleh kurang lebih 250 buah candi-candi perwara yang tersusun dalam 4 baris;
f. Kelompok Candi Plaosan, di sebelah timur Candi Sewu, yang terdiri atas 2 buah candi induk dikelilingi oleh 2 baris stupa dan 2 baris candi perwara;
g. Kelompok Candi Loro Jonggrang di desa Prambanan. Yang disusun demikan sehingga candi induknya untuk Siwa diapit oleh candi-candi untuk Brahmana dan Wisnu dan dengan beberapa candi perwara lainnya merupakan pusat kelompok yang dikelilingi oleh lebih dari 200 buah candi perwara yang tersusun menjadi 4 baris.
Kompleks Candi Loro Jonggrang
Kompleks Candi Loro Jonggrang

Candi-candi jenis Jawa Timur, yang terpenting adalah:
a. Candi Kidal, letaknya dekat Malang, disebut juga Candi Anusapati;
b. Candi Jago, letaknya dekat Malang, di sebut juga Candi Wisnudharma;
Candi Jago
Candi Jago

c. Candi Singosari, letaknya dekat Malang, disebut juga Candi Kertanagara;
Candi Singasari
Candi Singasari

d. Candi Jawi, letaknya dekat Prigen;
e. Kelompok Candi Panataran, letaknya dekta Blitar, yang halamannya terbagi atas 3 bagian sedangkan candi induknya terletak di bagian belakang;
f. Candi Jabung, letaknya dekat Kraksaan, berupa bangunan stupa yang besar dan tinggi;
g. Kelompok Candi Muara Takus, letaknya di dekat Bangkinang, yang terdiri atas beberapa bangunan, di antaranya yang masih tegak sebuah stupa yang bulat tinggi;
h. Kelompok Candi-candi Gunung Tuo, letaknya di dekat Padang Sidempuan yang terdiri atas berbagai biaro sebagai candi-candi induk yang letaknya tersebar dan berjauhan. Dari arca-arca dan tulisan-tulisan yang didapatkan dapat diketahui dengan jelas sifat-sifatnya Tantrayana.

Bangunan-bangunan lain yang juga sering disebut sebagai candi adalah gapura-gapura. Masyarakat awam yang berada di sekitar bangunan memang menyebutnya sebagai candi karena bentunknya memang mirip candi, namun sebenarnya hanyalah berupa bangunan yang mirip pintu masuk menuju ke suatu tempat. Gapura mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu padu raksa dan candi bentar. Pola padu raksa dapat kita lihat pada Candi Bajag Ratu yang bagian atas kedua candi tersebut menyatu. Jenis gapura yang kedua adalah yang bentuknya seperti bangunan candi yang dibelah dua, sebagai tempat jalan keluar masuk. Gapura yang semacam ini yang sering disebut sebagai candi, contohnya adalah Candi Waringin Lawang.
Candi Waringin Lawang
Candi Waringin Lawang

Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu

Selain itu, ada lagi bentuk bangunan candi yang dalam masyarakat juga disebut sebagai candi tetapi sifat dan wujudnya sangat berbeda. Bangunan-bangunan ini adalah pertirtaan (tempat pemandian suci) dan candi padas. Pertirtaan yang terkenal adalah Jolotundo dan Belahan di lereng Gunung Pananggungan dekat Mojokerto, Candi Tikus di Jawa Timur, Goa Gajah dekat Gianyar. Sedangkan candi padas yang terkenal adalah Gunung Kawi di Tampaksiring.
BP3 Jawa Timur)
Candi Tikus (sumber: BP3 Jawa Timur)

POLITIK

Sering kita mendengar istilah Politik. Apa sebenarnya pengertian politik serta bagaimana sejarah politik itu terjadi? Seperti yang tercatat dalam Wikipedia, Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
• politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
• politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
• politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
• politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

Sejarah Politik
 
Sejarah politik adalah analisis peristiwa-peristiwa politik, narasi (oral history), ide, gerakan dan para pemimpin yang biasanya disusun berdasarkan negara bangsa dan walaupun berbeda dengan ilmu bidang sejarah akan tetapi tetap berhubungan antara lain dengan bidang sejarah lain seperti sejarah sosial, sejarah ekonomi, dan sejarah militer.
Secara umum, sejarah politik berfokus pada peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan negara-negara dan proses politik formal. Menurut Hegel, Sejarah Politik “adalah gagasan tentang negara dengan kekuatan moral dan spiritual di luar kepentingan materi pelajaran: itu diikuti bahwa negara merupakan agen utama dalam perubahan sejarah” Ini salah satu perbedaan dengan, misalnya, sejarah sosial, yang berfokus terutama pada tindakan dan gaya hidup orang biasa, atau manusia dalam sejarah yang merupakan karya sejarah dari sudut pandang orang biasa.